Saturday, January 07, 2006

FIELD TRIP KELAS III DAN V AKSELERASI
(SMK N 1 BAWEN, MUSIUM ISDIMAN DAN STASIUN AMBARAWA)

Hari sabtu tanggal 10 Desember 2005, tidak seperti biasanya jika bel berbunyi kami pasti berbaris bersama temen-temen kelas yang lain untuk berdo’a bersama, tapi kali ini aku dan temen-temen sekelas ditambah adik-adik kelas 3 E berbaris di depan lorong depan kelasku. Kami dipimpin oleh Pak Amir dan bu Lestari untuk membentuk barisan yang rapi kemudian berdo’a bersama. Setelah itu Pak Amir memberikan pengarahan kepada kami tentang kegiatan yang akan kami laksanakan hari itu, beliau menjelaskan mengenai Field Trip kami yang akan berkunjung ke SMKN 1 Bawen, Musium Isdiman dan Stasiun Kereta Api Ambarawa. Kami diberi gambaran mengenai apa saja yang akan kami lakukan, seperti kegiatan menanam dan memanen jagung, di musium nanti kami akan mendengarkan cerita dari pelaku sejarah, dan di stasiun kami akan naik kereta. Pak Amir berharap kami berlaku sopan, tidak nakal dan tidak berpisah dengan teman-teman. Selanjutnya Pak Amir mengabsen kami secara per kelompok mobil, yaitu dari mobil 1 sampai mobil 13 (banyak ya mobilnya?), aku sendiri naik di mobil 2 bersama Fia, Muti, Bu Ulfah dan Mama Muti. Setelah selesai mengabsen kami hingga kami sudah tahu masuk kelompok mobil berapa dan temannya siapa saja, kami berbaris rapi ke depan TU untuk menunggu Pak Amir dan Bu Lestari memanggil para guru pendamping, kemudian kami disuruh menuju mobil kami masing-masing sesuai kelompok nomor mobil.

Diperjalanan yang memakan waktu sekitar 45 menit itu kami pergunakan untuk ngobrol dan bermain banyak hal yang lucu agar perjalanan terasa singkat. Sampai di tempat tujuan pertama yaitu SMK N 1 Bawen, mobil kami parkir di halaman sekolah yang tampak luas. Banyak tumbuh-tumbuhan yang menghiasi halaman sekolah tersebut hingga nampak Asri dan sejuk banget. Nyaman kali ya kalau untuk membaca atau bermain bersama teman-teman. Halaman sekolahnya tampak bersih dan rapi, bangunan sekolahnya berwarna putih, tinggi banget (berapa lantai ya?), setiap bangunan memiliki koridor yang menurutku membingungkan, setiap koridor menghubungkan bangunan-bangunan yang fungsinya berbeda seperti bangunan laboratorium, bangunan tempat perawatan tanaman hidrophonik, bangunan tanaman-tanaman hias, kantor dan lainnya. Setiap melewati koridor kita akan menjumpai taman yang indah dan banyak tumbuhan bunganya. Mungkin kalau belum terbiasa dengan tempat itu seperti aku, bingung juga loh, sepertinya hanya berputar-putar saja soalnya bangunannya bentuk dan warnanya sama, tetapi fungsinya berbeda. Untung ada pemandunya ya, padahal kalau dilihat lebih teliti di setiap bangunan ada petunjuknya di pintu, tapi waktu itu setiap ruangan pintunya dibuka sehingga aku tidak sempat lihat, jadi bingung deh! Terimakasih untuk pemandunya, jadi aku bisa masuk ke ruang forum tanpa kebingungan dan nyasar.

Di forum kami disambut oleh bapak dan ibu guru SMKN 1 Bawen, kemudian ada salah satu dari bapak tersebut membacakan susunan acaranya, yaitu sambutan-sambutan, pengenalan sekolah dan praktek ke lapangan. Sambutan pertama oleh Pak Amir selaku Ketua Tim Aksel, beliau memperkenalkan kami sebagai murid aksel, menceritakan sekolah kita, berterimakasih atas kerjasama SMKN 1 Bawen. Setelah Pak Amir memberi sambutan kemudian Kepala SMKN 1 Bawen memberi sambutan, beliau juga mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya, lalu aku terkejut karena tiba-tiba diminta oleh Bu Lestari untuk memberikan kenang-kenangan dan ucapan terimakasih kepada Bapak Kepala Sekolah SMKN 1 Bawen.

Acara selanjutnya adalah pengenalan sekolah, yaitu kami dijelaskan mengenai keadaan sekolah tersebut, yaitu disekolah itu memiliki beberapa program, yaitu MH (materi Hidrophonik), MP (Materi Peternakan) dan MBT (Materi Budidaya Tanaman). Mereka juga memproduksi berbagai macam makanan dan minuman contohnya Agar-agar dari rumput laut yang diberi nama “GREEN JELLY”, membuat nata de coco dari sari kepala “TOPSIL” yang merupakan singkatan dari “TOP haSILnya”, membuat tomat yang dijadikan TORAKO yaitu TOmat RAsa Korma, dan mereka juga memproduksi susu jagung manis dan susu kedelai. Selanjutnya dijelaskan juga bahwa mereka memiliki peternakan ayam yang kandangnya seperti rumah panjang, kandang rusa, peternakan kambing dan lain-lain.

Ruang pertama yang kami kunjungi setelah ruang pertemuan tadi adalah Ruang Laboratorium yang terletak agak jauh dari ruangan tadi, tapi asik juga karena disepanjang jalan kami melihat banyak kebun jagung. Di Ruang lab tersebut kami dijelaskan mengenai tanaman hydrophonik dan budi daya jagung.
Pertama kami dijelaskan mengenai Tanaman Hidroponik, yaitu taman yang ditanam tidak dengan menggunakan media tanah tetapi media air. Sebelum air, kita harus memasukkan arang sekam (arang sekam= kulit padi yang dibakar dan setelah menjadi bara disiram air sehingga seperti arang) ke dalam pot atau botol aqua bekas yang dilubangi sampingnya dengan solder sebanyak 18 lubang. Digunakan arang sekam padi karena arang sekam ini lebih banyak menyimpan air dan sterilitasnya lebih terjamin, sehingga mereka tidak menggunakan media pasir ataupun media semai. Pada budidaya dengan hidroponik, semua kebutuhan unsur hara diupayakan tersedia setiap saat dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap. Pembuatan unsur hara dari bahan organik dan kimia yang dicampur dalam air dengan ukuran tertentu yang sudah diteliti oleh mereka sehingga ukurannya tepat kemudian mereka sebut sebagai vitamin, cara pengambilannya yaitu dengan menggunakan gelas aqua bekas yang diisi air vitamin tersebut sebanyak seperempat gelas kemudian gelas aqua yang sudah dilubangi dimasukkan ke dalam gelas aqua bekas yang berisi air vitamin tadi, sehingga air vitaminnya diserap oleh arang sekam dan diserap oleh tumbuhan yang sedang dibudidaya.

Selesai menjelaskan tentang tanaman hidroponik yang agak susah juga dingat-ingat nama-nama unsur-unsur yang terkandung dalam vitamin untuk tanaman tersebut, sehingga membuatku agak pusing, abis semuanya terasa asing gitu loh, banyak juga kata-kata yang sulit dimengerti karena mungkin memakai bahasa sains, akhirnya kami dijelaskan tentang Budi Daya Jagung, horeee…. Itu makanan kesukaanku!

Pertama kami dijelaskan mengenai media tanam, yaitu tanah. Dari cara mengolah tanah (membajak, menggemburkan dan membuat bedengan), pemupukan (pupuk dasar dari bahan organik, jangka waktu pemberian, jumlah pupuk/ukuran pemberian pupuk), menghitung benih (banyak benih yang ditanam tergantung luas tanah), cara menanam benih (dari membuat lubang tanam sampai penyemaian benih yaitu menyiapkan media semai sampai merawat persemaian), memelihara tanaman (dari kegiatan menyiangi, memupuk, pengendalian hama, pengendalian penyakit (jagung bisa terkena penyakit juga loh, seperti bulai, hawar daun, karat dan gosong) sampai cara memanen jagung dan pengolahan pasca panen. Kami juga diberi penjelasan cara memilih jagung yaitu cari jagung yang sudah tumbuh semua, rambut jagung yang sudah berwarna hitam/tidak putih lagi, jagungnya besar-besar dan tidak berjamur.

Paling seneng setelah mendengarkan penjelasan mengenai Budi Daya Jagung yang lebih menarik dari pada Budi Daya tanaman hidroponik (karena banyak kata-kata asingnya), kami diberi jagung manis dan telo ungu yang sudah dikukus, wah enak sekali apalagi boleh langsung dimakan karena masih hangat dan boleh nambah jika masih ingin menikmati manisnya jagung dan telo ungu. Semua teman terlihat senang dan rame sekali.

Keluar dari ruang laboratorium budidaya tanaman, kami menuju ke taman. Sepatu kami dilepas dan ditinggal di ruang lab, sehingga kami bisa merasakan jalan di tanah yang berbatu kerikil, rasa sakitnya terasa sekali ketika ujung-ujung batu kerikil yang tajam kami injak, tapi aku tahan rasa sakit itu apalagi ada ibu guru SMKN 1 Bawen yang berkata: “kalau mau jadi Bu Tani harus yang kuat…” jadi aku bersemangat lagi, walau sakit ya tetep senyum aja. Taman atau apa ya, soalnya tempat itu berbentuk petak, dikelilingi ilalang dan di sana ada bangunan kecil nampak seperti perosotan kecil yang terbuat dari semen. Jadi bentuknya datar terus ada bentuk yang miring sampai dasar. Di tempat yang datar itu digunakan untuk membakar arang sekam. Kami diperlihatkan cara membakar arang sekam dan kami juga disuruh mencoba membakar sekam untuk dijadikan arang sekam. Waktu dijelaskan di lab, sepertinya sulit ternyata setelah dicoba tidak sulit malah gampang banget hanya harus hati-hati dan diperhatikan saat menyiram bara. Selesai praktek membuat arang sekam kami disuruh mengambil arang sekam dan dimasukkan ke dalam botol aqua bekas, lalu kami disuruh mengambil bibit tanaman dan melobangi arang sekam dengan jari telunjuk yang sebelumnya kami sudah memakai sarung tangan, atau boleh juga melobanginya dengan kayu kecil, kemudian memasukkan bibit tanaman yang sudah disemai lalu ketika aku tanyakan kenapa tidak diberi label nama tanaman, aku dijelaskan bahwa setiap guru dan siswa di sana harus hafal ciri-ciri tanaman dari bentuk daun dan bentuk tanaman. Lalu tanaman kami di beri vitamin kemudian diletakkan di bawah pohon agar terlindung dari sinar matahari secara langsung. Kami lalu ke lab dan menunggu sebentar persiapan membuat pupuk. Kemudian aku berlomba dengan teman-teman yaitu lomba membuat pupuk dari tanah yang dicampur dengan kotoran hewan hingga 5 bungkus, tapi aku membuatnya kelebihan, aku membuat hingga 7 bungkus. Asik sekali, tetapi ada teman yang jijik sehingga tidak mau mencoba, ada juga yang jijik tetapi mau mencoba dan disemangati oleh orang tuanya supaya mau mencoba. Setelah itu aku dan taman-teman menanam bibit jagung yang berwarna merah jadinya lucu sekali. Baru sekali itu aku melihat tanaman berwarna merah yang lucu karena sepertinya mempunyai kaki dan tangan, karena akarnya baru tumbuh sehingga menyerupai kaki dan tangan, ada juga yang seperti mempunyai rambut, ada juga yang seperti laba-laba karena mempunyai 6 kaki. Lucu-lucu bentuknya.
Nah yang paling asik lagi kami disuruh menuju lahan jagung yang terletak di depan ruang lab, di sana kami disuruh menginjak-injak lahan tanah yang penuh Lumpur lembek dan basah. Wuih rasanya jijik dan geli sekali. Ada kejadian lucu tapi kami tidak ada yang tertawa karena kasihan, yaitu ketika Nabila (3 E) terpeleset jatuh ke Lumpur, lucunya karena ia seperti terbang dan seperti lagi akrobat, sebenarnya aku pengen ketawa tapi kasihan melihat Nabila yang belepotan Lumpur. Hebat loh dia enggak nangis, walau ada air mata yang berlinang, itu pasti karena terkejut. Sigap sekali Pak Amir, Pak Nasikun dan guru-guru lain menolong, sampai sandal Nabila yang terbenam di lumpur juga diambilkan oleh Pak Amir. Aku juga hampir terpeleset, untunglah ada Bu lestari yang segera menolongku sehingga aku tidak jadi jatuh. Walau ada yang jijik, kegiatan ini diikuti oleh semuanya, bahkan Nabila juga ikut meski bajunya basah.
Ketika asik menginjak-injak Lumpur, aku dipanggil oleh pak guru dari SMKN 1 Bawen untuk mengikuti Mbak Fitri (siswi SMKN 1 Bawen) dan belajar cara menanam jagung dan disuruh praktek sendiri dengan didampingi Mbak Fitri. Teman-teman yang lain juga mendapat satu pendamping, jadi masing-masing juga praktek menanam jagung. Saat itu juga diadakan lomba menanam jagung, yaitu setiap anak wajib menanam 5 benih, jika masih ada waktu boleh menanam lebih dari 5, waktu itu aku menanam 12 benih. Selesai menanam benih kami memanen jagung di ladang jagung.

Ladang jagung itu terletak agak jauh dari lahan tempat menanam benih tadi. Jalan yang kami lalui jalan aspal, pemandangan di sebelah kanan kiri berupa kebun, di jalan itu juga tepiannya dipergunakan untuk parkir mobil. Setelah sampai di ladang kami boleh memetik jagung, kami diberi tas plastik, satu tas plastik 3 atau 4 anak aku berkelompok dengan Dea dan Nina. Ketika kami memasuki lahan jagung kakiku tertusuk duri putri malu, aku hampir saja menangis karena sangat sakit, tapi karena memetik jagungnya sudah selesai aku segera cepat-cepat menuju jalan aspal agar kakiku tidak sakit lagi. Aku ditolong Bu Lestari dari keramaian ladang jagung tempat kakiku tertusuk duri agar aku sampai lebih cepat ke jalanan yang beraspal, terbebaslah aku dari duri-duri putri malu yang tajam. Terimakasih Bu lest, kalau tidak ditolong Bu Lest, aku bisa menginjak duri lagi dan pasti aku menangis karena tidak bisa menahan sakit berkali-kali tertusuk duri.

Setelah memanen jagung kami menuju ke lab dan menimbang jagung terlebih dahulu, alat penimbangnya terletak di samping pintu ruang lab. Aku memetik jagung sebanyak 2 kg (setelah hasil petikan ditimbang). Selesai menimbang aku dan teman-teman menuju lab untuk istirahat, sholat Dluhur dan makan siang. Karena rukuhku di mobilnya Muti, jadi aku pinjem rukuh Linda yang selesai sholat lebih dahulu dari teman-teman yang lain. Makan siangnya enak sekali, yaitu nasi pake gudeg, tapi karena pedes aku ambil nasinya aja dan makan pakai sosis bekalku, tapi karena bekalku di mobil, maka aku makannya ketika perjalanan ke Musium Isdiman, ternyata teman semobil denganku (Muti dan Fia) juga belum sempat makan, jadi kami bisa makan bersama-sama. Selain Bu Ulfah, sekarang di mobilku ada Bu Neni juga, tambah rame nih, aku sama Muti dan Fia makan sambil bercanda sampai hampir tersedak karena ketawa-ketawa terus.

Perjalanan ke Musium Isdiman ternyata hanya sebentar, kami belum selesai makan sudah sampai ke tujuan. Musium itu terletak di Ambarawa. Musium itu memiliki halaman luas, di depan musium tampak beberapa peninggalan bersejarah bagi perjuangan bangsa terutama rakyat Ambarawa, seperti Tank Baja, Kereta Api, Meriam, Pesawat Tempur dan Patung Bapak Isdiman ketika pahanya pecah tertembak.
Ketika sampai di musium Isdiman kami bermain-main selama sepuluh menit, karena kami belum boleh masuk sampai bel mega phone berbunyi. Saat sirine berbunyi, kami langsung menuju ke dalam museum secara bersama-sama. Di dalam museum aku melihat banyak senjata api, perlengkapan perang serta busana perang (seperti Sabuk ex Peta, Vedfles ex Jepang, Samurai, Topi ex PETA dan Rijbroex ex PETA) di Palagan Ambarawa.

Ketika kami asik melihat-lihat isi museum, Pak Amir menemui Pak Sarmuji untuk meminta beliau menceritakan tentang kejadian di Palagan Ambarawa saat pertempuran berlangsung. Kemudian Pak Sarmuji berdiri di depan etalase senjata dan kami disuruh Pak Amir untuk duduk di lantai dengan tenang dan tertib untuk mendengarkan penjelasan dan cerita dari Pak Sarmuji. Setelah kami duduk dengan rapi, kami diberi penjelasan oleh Bapak Sarmuji (80,5 th) seorang pelaku sejarah, beliau menceritakan mengenai peristiwa perang di Ambarawa. Sebelum bercerita kejadian tahun 1945, beliau menerangkan mengenai arti Monumen Palagan Ambarawa, yaitu Monumen: benda yang dibuat manusia untuk mengenang kejadian, Palagan: tempat perang dan Ambarawa: nama tempat yang dahulunya berasal dari kata rawa yang amba (lebar/luas). Selanjutnya beliau bercerita mengenai perang yang terjadi tangal 19 November 1945, hari Selasa Legi, tentang terjadinya pertempuran di Ambarawa. Saat itu Tentara Indonesia hampir saja kalah, namun Indonesia tidak menyerah sedikitpun. Pemuda-pemuda Ambarawa ikut bertempur untuk menghentikan penjajahan di Indonesia. Tanggal 25 November 1945, hari Minggu, Ambarawa di serang pesawat tempur kemudian Pak Isdiman tertembak dan pahanya pecah. Lalu Pak Isdiman dibawa ke Magelang untuk dirawat. Keesokan harinya tanggal 26 november 1945, hari Senin, bapak Isdiman meninggal dunia. Tanggal 12 Desember jam 11 teman Pak Sarmuji, bapak Masdi tertembak dan meniggal dunia. Perang diambarawa tersebut berlangsung selama 26 hari, tentara Indonesia menggunakan taktik “CAPIT UDANG” yaitu taktik yang caranya dengan menutup semua jalan masuk ke Ambarawa kecuali 1 jalan. Ketika tentara Inggris masuk, langsung dikepung dan dihujani tembakan. Kemudian 15 Desember 1945 baru penjajah-penjajah itu pergi, nah sejak hari itu tanggal 15 Desember 1945 ditetapkan sebagai hari infanteri, yaitu hari tentara pejalan kaki. Tanggal tersebut juga ditetapkan sebagai hari Juang Kartika. Dulu Pak Sarmuji adalah tentara Jepang kemudian Pak Sarmuji keluar. Pada tanggal 15 Desember 1945 pak Sarmuji di panggil Bapak Sudirman untuk ikut berperang, pada saat di panggil pak Sarmuji belum makan, belum sempat apa-apa Pak Sarmuji di panggil untuk ikut perang di Ambarawa. Ketika akan memasuki kawasan Ambarawa baru saja menginjak kawasan perang langsung terjadi baku tembak untung Pak Sarmuji lolos dan tidak tertembak.

Selesai bercerita Pak Sarmuji mempersilakan kami untuk bertanya. Teman-teman banyak yang bertanya. Dengan sabar Pak Sarmuji menjawab pertanyaan kami. Setelah itu kami keluar ke halaman museum, kami bermain bersama teman-teman, berfoto bersama dan melihat-lihat halaman depan museum Isdiman tersebut. Kemudian Pak Amir menyuruh kami masuk ke mobil dan kami melanjutkan perjalanan ke Stasiun Ambarawa.

Di halaman Stasiun kami memarkir mobil, disana banyak orang yang berjualan makanan dan mainan. Masuk ke gerbang stasiun ada loket yang menjual tiket, tapi kami tidak membeli tiket karena tidak ada penjualnya. Kami langsung masuk dan disambut oleh seorang bapak dan beliau menjelaskan kepada kami tentang stasiun Ambarawa tersebut yang kata beliau stasiun tersebut dibuat tahun 1902, kemudian pada tahun 1979 stasiun tersebut ditutup karena sudah jarang beroperasi. Stasiun tersebut mengangkut penumpang dan barang dari Ambarawa ke stasiun Jambu lalu ke Bedono lalu pulang lagi ke Ambarawa. Lalu kami diperkenalkan lokomotif, ada 2 lokomotif disana, yang tertua berumur 103 tahun yang satunya lagi berumur lebih muda dengan nomor lokomotifnya B144. Setelah kami menunggu sebentar karena mereka mempersiapkan dulu kereta yang akan membawa kami, sambil menunggu kami menikmati es krim yang di jual di depan stasiun, barulah kami naik kereta dengan bahan bakar kayu jati yang digunakan untuk merebus air dan uap airnya untuk menjalankan kereta/digunakan sebagai tenaga kereta, makanya disebut kereta uap. Gerbong yang kami naiki seperti gerbong kereta pada umumnya yang kelas ekonomi, jendelanya tanpa kaca, dalam 1 gerbong ada 16 kursi masing-masing kursi berpasangan dengan posisi tempat duduk berhadap-hadapan sehingga enak buat ngobrol dan bersantai, aku duduk di gerbong yang paling depan. Kereta yang kami naiki memiliki 2 gerbong, tanpa kamar mandi, tanpa dapur dan restorasi, hanya gerbong untuk penumpang. Aku duduk bersebelahan dengan Pak Nasikun, di depanku duduk Fia dan Muti. Perjalanan kereta lambat, disepanjang perjalanan kami melihat sawah dengan system sengkedan. Banyak anak kecil di tepi rel kereta api yang melihat jalannya kereta sambil melambaikan tangan dan ketawa-ketawa, kami juga balas melambaikan tangan, senang sekali rasanya. Lalu kami sampai ke stasiun Jambu, kereta berhenti tetapi kami tidak turun. Lokomotif kereta bergerak lagi untuk mendorong gerbong, ketika loko tersebut sampai di belakang gerbong dan mendorong kereta terjadilah benturan yang keras sampai kami semua terkejut dan ada yang kejedot kereta, lalu kereta berjalan kembali di rel gerigi. Sepanjang perjalanan kami melihat sawah lagi dan orang-orang yang menyaksikan kereta, kereta kami juga melihat jalan raya yang dilalui mobil. Tiba-tiba di tengah area persawahan kereta berhenti kemudian dari kereta ada selang besar yang menyedot air untuk direbus, mungkin yang tadi sudah hampir habis jadi perlu diisi lagi. Sampai di Bedono kami berhenti di Stasiun Bedono. Stasiun ini sama seperti di Jambu, nampak bangunannya kuno sekali. Tidak ada orang di sana hanya seorang penjual es krim yang ada. Sambil menunggu kereta mengisi bahan bakar berupa kayu jati, kami boleh membeli es krim. Setelah kereta siap untuk berangkat, kami melanjutkan perjalanan ke Ambarawa, tetapi kami bertukar gerbong, perjalanan terasa lebih cepat dari waktu perjalanan ke Jambu dan Bedono. Sepanjang perjalanan masih sama, hanya sawah, orang-orang yang menonton kereta dan melalui perumahan penduduk. Agak bosan juga karena pemandangannya biasa saja, tidak ada yang menarik, atau mungkin karena aku sudah capek jadi tidak terlalu bersemangat melihat pemandangan yang kami lalui. Waktu aku melihat ke belakang ada tulisan di samping pintu gerbong “This journey only one hour, but this memory will never forget”. Sampai di stasiun Ambarawa kami turun dari kereta kemudian sholat ashar. Bu Lestari kemudian membagi kami kue coklat pisang dan pizza. Sambil menunggu saat unruk pulang ke Semarang lagi, kami membeli jagung bakar pada penjual jagung bakar yang ada di halaman stasiun Ambarawa. Kemudian kami naik mobil dan pulang. Selamat tinggal Ambarawa, suatu saat mungkin kami akan mengunjungimu kembali.

Perjalanan pulang sangat menyenangkan juga. Kami tidak terasa lelah, masih banyak energi untuk bermain, tetapi kami kasihan melihat Bu Ulfah mabok, mungkin masuk angin. Sampai di Sekolah kembali hari sudah gelap, kira-kira jam setengah tujuh malam. Ayahku sudah menjemput dan menungguku di taman. Senang sekali sudah sampai sekolah kembali, sebentar lagi aku juga akan bertemu ibuku dan ke tiga adikku, wah pasti aku tidur kemalaman karena bercerita terus mengenai perjalananku sehari ini. Perjalanan yang sangat menyenangkan dan banyak memberiku pelajaran-pelajaran baru. Setelah mengucapkan terimakasih pada Mama Muti, aku segera say goodbye pada teman-teman dan guru yang masih ada di sekolah. Sambil bergandengan tangan dengan ayahku menuju tempat parkir, aku masih membayangkan kejadian-kejadian sepanjang hari ini. Menyenangkan sekali……………! Terimakasih Tim Aksel, terimakasih semuanya.

1 comment:

nabilanakecil said...

mbak ayaaaa,
kenapa ada namaku?
memalukan kejadian itu :(